1.JOKO
WIDODO
Informasi pribadi
|
|
Lahir
|
21 Juni 1961 (umur 51) Surakarta,
Jawa Tengah, Indonesia
|
Kebangsaan
|
Indonesia
|
Partai politik
|
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
|
Suami/istri
|
Ny. Hj. Iriana Joko Widodo
|
Anak
|
Gibran Rakabuming Raka Kahiyang Ayu Kaesang Pangarep
|
Alma mater
|
Universitas Gadjah Mada
|
Pekerjaan
|
Pengusaha
|
Agama
|
Islam
|
Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo.
Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono.Pendidikannya
diawali dengan masuk SD Negeri 111 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk
kalangan menengah ke bawah. Di mata guru SDnya, Sutarti Wardojo, ia telah
memiliki jiwa kepemimpinan semenjak SD.
Dengan kesulitan
hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli
panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan. Saat anak-anak
lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi
keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai pekerjaan menggergaji di umur 12
tahun.Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali di masa kecil memengaruhi
cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta
saat harus menertibkan permukiman warga.Setelah lulus SD, ia kemudian
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.Ketika ia lulus SMP, ia sempat
ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia
masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.
Pendidikan:
- SDN 111 Tirtoyoso Solo
- SMPN 1 Solo
- SMAN 6 Solo
- Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Karir:
- Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
- Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri Surakarta (1992-1996)
- Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007)
Penghargaan:
- Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″
- Menjadi walikota terbaik tahun 2009
- Pak Joko Widodo jg meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama membangun dan memimpin kota Solo.
- Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award
Prestasi Di Solo
- Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
- Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
- Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan
- Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
- Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia
Perjalanan karier
- Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985.Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.
- Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat.
- Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu “Solo: The Spirit of Java”. Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya.
- Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini.
- Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.
- Majalah Tempo, memilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008
- Pengalaman waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20 tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan. Lima tahun yang lalu, mereka diundang Jokowi makan di ruang rapat rumah dinas wali kota. Jokowi ajak makan siang, saya ajak makan malam. Dia ajak bicara. Sampai 54 kali, Jokowi ajak makan siang, makan malam, seperti ini. Tujuh bulan seperti ini. Akhirnya, mereka mau pindah. Enggak usah di-gebukin.
- Jokowi berhasil merenovasi 34 pasar dan membangun pasar yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan pendapatan daerah yang besar. Awalnya pendapatan dari pasar hanya Rp 7,8 miliar, sekarang Rp 19,2 miliar. Hotel hanya Rp 10 miliar, restoran Rp 5 miliar, parkir Rp 1,8 miliar, advertising Rp 4 miliar. Hasil Rp 19,2 miliar itu hanya dari retribusi harian Rp 2.600. Pedagangnya banyak sekali. Ini yang harus dilihat. Asal manajemennya bagus, enggak rugi kita bangun-bangun pasar. Masyarakat-pedagang terlayani, kita dapat income seperti itu. Sementara kalau mal, enggak tahu saya, paling bayar IMB saja, kita mau tarik apa? Makanya, mal juga kita batasi. Begitu juga hypermarket kita batasi. Bahkan, minimarket juga saya stop izinnya. Rencananya dulu akan ada 60-80 yang buka, tapi tidak saya izinkan. Sekarang hanya ada belasan.
2.CHAIRUL
TANJUNG – Anak Singkong Jadi Raja Media
Akhir-akhir ini mencuat seorang nama di jajaran
konglomerat Indonesia. Nama itu adalah Chairul Tanjung. Seorang “anak singkong”
atau anak sangat biasa sekali yang kemudian menjadi seorang konglomerat
Indonesia bahkan namanya juga termasuk dalam jajaran seribu orangg terkaya
dunia.
Siapa sebenarnya sosok Chairul Tanjung ini. Berikut akan
dituturkan penulis Biografi Chairul Tanjung, seorang anak yang berasal dari
keluarga sederhana bisa menjadi Raja media dan memiliki konglomerasi yang
begitu besar.
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni
1962. Orang tua Chairul Tanjung bernama A.G Tanjung (Ayah) yang berketurunan
Batak sedangkan ibunya bernama Halimah adalah orang Sunda tepatnya Sukabumi.
Awalnya keluarga Chairul Tanjung adalah keluarga yang
berlebih, ayahnya adalah seorang wartawan di jaman Presiden Soekarno dan juga
menerbitkan majalah lokal yang oplahnya lumayan. Namun kemudia saat era
Soeharto, surat kabar dari ayah Chairul Tanjung dicurigai sebagai antek orde
lama dan akhirnya dipaksa untuk tutup.
Dari sinilah perekonomian keluarganya menjadi berubah
seratus delapan puluh derajat. Rumah yang cukup luas yang didiami keluarganya
terpaksa harus dijual untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup.
Akhirnya Chairul Tanjung bersama saudara dan orang tuanya harus pindah ke kamar
losmen yang sangat sempit.
Walau tengah dihimpit kesulitan ekonomi namun ayah dan
ibunya ingin anak-anaknya mengenyamm pendidikan setinggi mungkin. Oleh karena
itu saat Chairul lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, ia kemudian
melanjutkan studinya di Kedokteran gigi Universitas Indonesia. Chairul
termasuk mahasiswa yang pandai. Ia sempat mendapat penghargaan sebagai
mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.
Kuliah
Sambil Berbisnis
Untuk menopang uang sakunya yang jauh dari cukup,
Chairul pun berkuliah sambil berbisnis. Awalnya ia berjualan buku kuliah
stensilan, kemudian juga berjualan kaos. Ia bersama temannya kemudian juga
membuka usaha foto copy di kampusnya. Ia juga membuka kios di daerah Senen Raya
Jakarta Pusat yang menyediakan aneka kebutuhan dan peralatan kedokteran dan
laboratorium.
Walau ia harus mmebagi waktu antara kuliah dan
berbisnis, namun Chairul bisa menyelesaikan kuliah nya di kedokteran gigi
dengan baik. Ia kemudian menyandang gelar Sarjana kedokteran dibelakang
namanya. Namun karena darah bisnis rupanya lebih kental, ia kemudian memutuskan
untuk menjemput rejeki dari bisnis bukan sebagai dokter gigi.
Chairul kemudian lebih memantabkan bisnisnya dengan
mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga temannya pada tahun 1987. Bisnis
ini bermodalkan hutangan dari bank Exim sebesar 150 juta. Perusahaan Chairul
dan temennya ini memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Mereka patut
berbangga karena begitu mendirikan usaha ini mereka langsung menerima orderan
sebesar 160 ribu pasang sepatu dari Itali. Namun kemudian Chairul memutuskan
untuk berpisah dan mendirikan usaha sendiri karena ternyata ketiga temannya
memiliki visi yang berbeda dengan dirinya.
Membentuk
Konglomerasi
Chairul Tanjung kemudian mendirikan perusahaann sendiri yang
bergerak dibidang media yaitu mendirikan Trans TV. Chairul Tanjung sangat
pandai dalam membangun jaringan . Perusahaannya ini semakin maju dan akhirnya
berhasil membuat suatu konglomerasi yang kemudian diberi nama Para Group. Para
Group sendiri kemudian membagi tiga ladang usahanya yaitu dibidang keuangan,
properti, multimedia.
Di bidang keuangan berkembang menjadi perusahaan seperti :
· Bank Mega Tbk
· Asuransi Umum Mega
· Asuransi Jiwa Mega Life
· Para Multifinance
· Mega Capital Indonesia
· Bank Mega Syariah
· Mega Finance
Dibidang Investasi, Para Group juga mengakuisi si
Carefour Indonesia dimana awalnya hanya memegang 40% saham namun kini Para
Group memegang 100% saham Carefour. Kemudian Para Group juga membeli saham
Garuda Indonesia tapi entah berapa persen.
Di bidang properti, Para Group memiliki perusahaan seperti :
· Para Bandung Propertindo
· Para Bali Propertindo
· Batam Indah Investindo
· Mega Indah Propertindo
· Bandung Supermall
Di bidang multimedia, Para Group membawahi anak perusahaan seperti :
· Trans TV
· Trans 7
· Maha Gaya Perdana
· Trans Fashion
· Trans Life Style
· Trans Studio
· Diberitakan juga baru-baru ini Para Group juga membeli TV
One dan AntV
Karena keberhasilannya ini, Chairul Tanjung kemudian
dinobatkan sebagai konglomerat baru di Indonesia dimana beliau berada di urutan
ke 937 dunia versi majalah Forbes tahun 2010 (mungkin saat ini urutannya naik)
dan juga sebagai orang terkaya ke enam di Indonesia.
Chairul Tanjung kemudian merubah nama Para Group menjadi
CT Corp pada tanggal 1 Desember 2011.
Pendidikan
Chairul Tanjung
•
SD Van Lith, Jakarta (1975)
•
SMP Van Lith, Jakarta (1978)
•
SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
•
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
•
Executive IPPM (MBA; 1993)
Rahasia
Sukes Bisnis Chairul Tanjung
Chairul Tanjung bisa mencapai kesuksesan seperti ini
bukan karena beliau adalah orang super. Ini dikarenakan beliau sangat pandai
dalam membangun jaringan atau networking. Bagi Chairul, membangun jaringan
adalah segalanya bahkann diatas modal itu sendiri. Ketiak bisnisnya lesu maka
jaringan bisa diandalkan.
Membangun jaringan tidak hanya pada orang atau
perusahaan yang sudah ternama saja, pada perusahaan yang belum ternama pun juga
perlu karena siapa tahu esoknya kita memerlukan bantuan mereka bahkan pada seorang
kurir pun menjaga networking sangat dibutuhkan.
Dalam membangun bisnisnya, Chairul sangat sabar menapaki
tangga bisnisnya. Selain kerja keras, pantang menyerah dan jaringan, kesabaran
juga sangat penting. Chairul menyarankan agar tidak melakukan cara-cara instan
karena itu hanya akan menjadi api dalam sekam bagi bisnisnya.
Itulah Biografi Chairul Tanjung. Untuk saat ini selain
Abu Rizal Bakrie beliau adalah satu-satunya konglomerat yang asli dari darah
pribumi Indonesia dan Muslim.
3. CHAIRIL ANWAR - Sang Sastrawan Indonesia
Chairil Anwar
|
Chairil Anwar
dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul
Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96
karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh
H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia
(sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti
dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil
terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan,
kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang
multi-interpretasi.
Chairil Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang
tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya
dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati
Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir,
Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun,
Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun;
sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche
School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan
Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil
mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.
Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama
ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia
sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun
tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing
seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang
internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald
MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis
tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap
tatanan kesusasteraan Indonesia.
Semasa kecil di
Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi
kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka,
salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil
melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya.
Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.
Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya.
Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.
Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”
KUMPULAN PUISI CHAIRIL ANWAR
* Deru Campur
Debu (1949)
* Kerikil Tajam
dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
* Tiga Menguak
Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
* "Aku Ini
Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste,
kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono
(1986)
* Derai-derai
Cemara (1998)
* Pulanglah Dia
Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
* Kena Gempur
(1951), terjemahan karya John Steinbeck
PUISI “AKU” KARYA CHAIRIL ANWAR
|
Puisi Karya Chairil Anwar
|
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
4. AGNES DAVONAR ( NOVELIS )
Agnes Davonar adalah nama pena dari
dua orang kakak beradik yang sukses menggapai puncak keemasan lewat dunia
sastra. Karya-karya mereka yang fenomenal dan selalu dijadikan best-seller
adalah bukti dari popularitasnya. Bernama asli Agnes Li, perempuan yang lahir
di Jakarta 8 Oktober 1986 dan Teddy Li, sang adik laki-laki yang lahir di
Jakarta,7 Agustus 1989 merupakan anak dari pasangan mendiang Ng Bui Cui dan
Bong Nien Chin. Mereka berdua hidup dalam ruang lingkup sastra, budaya, dan
seni. Ayah mereka yang dulu berprofesi sebagai penulis kaligrafi Cina adalah
tulang punggung satu-satunya yang menopang Agnes, Teddy, dan ibunya. Namun,
miris, maut harus memisahkan ayahanda tercinta dari mereka karena sang ayah
menderita kanker. Ekonomi keluarga mereka pun merosot. Kemahiran sang ayah
menulis kaligrafi Cina ternyata tak menurun pada anak-anaknya, sehingga tiada
yang bisa mewarisi usaha ayahnya. Untuk dapat terus bertahan hidup di tengah perekonomian
yang merosot, sang ibu akhirnya berusaha menjajahkan kue. Agnes dan Teddy pun
juga sudah biasa mengantarkan kue untuk dijajahkan sebelum mereka berangkat
sekolah. Keadaan ini pulalah yang membuat Agnes yang dulu berkuliah di
Universitas Bina Nusantara jurusan Sastra Cina berhenti dari bangku kuliahnya
lantara biaya kuliah yang mahal.
Karena tak kuasa terus hidup dalam keadaan pas-pasan, sang Ibu kemudian memutuskan untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan. Agnes dan adiknya pun harus merelakan niat ibunya untuk merantau di Taiwan. Tiap bulannya, sang ibu selalu mengirimkan uang yang bisa digunakan oleh Agnes dan adiknya untuk kebutuhan sehari-hari. Agnes yang ketika itu putus kuliah, dan Teddy yang kala itu masih duduk di bangku SMA tak mau tinggal diam dan hanya menunggu uang dikirim oleh ibunya. Lantas, mereka mencoba mencari pekerjaan. Dan lewat dunia sastralah mereka menemukan jalan terangnya. Mereka mulai menulis novel dan menawarkan naskahnya kepada para penerbit guna mendapatkan penghasilan tambahan. Namun, begitu miris rasanya, tulisan mereka ditolak mentah-mentah oleh para penerbit. Tentu kegagalan ini membuahkan rasa kekecewaan yang mendalam bagi mereka berdua. Mereka berdua kemudian berinisiatif menuliskan cerita-cerita mereka di Friendster sebagai akun sejaring sosial yang sedang nge-trend kala itu pada tahun 2007.
Tulisan yang mereka masukkan ke akun Friendster ini diakui mereka merupakan pengalaman pribadi mereka dan pengalaman orang lain. Semakin waktu bergulir, cerpen yang mereka post di Friendster semakin banyak dengan diimbangi meledaknya jumlah pengujung Friendster mereka yang asyik menikmati cerita mereka. Titik meledaknya ketenaran Agnes Davonar (nama yang diusung mereka berdua) ini terjadi ketika mereka menuliskan novel online "Kisah Lirik Terakhir" yang diangkat dari sebuah lirik lagu, yang menceritakan Gaby si penulis lagu yang mati bunuh diri.
Nama Agnes pada Agnes Davonar tentunya diambil dari nama Agnes sendiri. Sedangkan nama Davonar, diambil dari inisial yang menggambarkan Teddy lewat orang terdekat Teddy. Cerita-cerita yang mereka post di Friendster ini pun telah berhasil merebut predikat pertama situs yang paling banyak dikunjungi dari sebuah web top100.com
Cerita yang menarik, lekat dengan kehidupan remaja, dan dikemas lewat bahasa yang santai dan mudah dimengerti menjadi ciri khas dari Agnes Davonar. Ketenaran dan popularitas semakin mereka raih ketika menerbitkan novel kedua mereka yang berjudul "Surat Kecil untuk Tuhan" yang diangkat dari kisah nyata seorang perempuan penderita kanker jaringan lunak pada tahun 2008. Novel kedua mereka itu berhasil menjadi novel best-seller di Indonesia, serta diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, serta dipasarkan dan laris pula di Taiwan.
Awalnya, mereka tak berniat membukukan kisah "Surat Kecil untuk Tuhan", namun melihat banyaknya antusias pembaca online di web site mereka, alhasil kisah itu dibuat dalam bentuk buku. Seperti halnya cerita online yang laris dibaca banyak orang, buku "Surat Kecil untuk Tuhan" ini akhirnya menjadi best-seller, apalagi ketika Agnes Davonar diundang dalam acara talk show di sebuah stasiun TV swasta, mereka menyebutkan bahwa mereka juga sempat menguras air mata saat menuliskan cerita haru yang inspiratif itu. Apalagi, mereka juga teringat akan sang ayah tercinta yang meninggal akibat penyakit ganas nan mematikan itu.
Tidak berhenti pada karya kedua mereka yang telah berhasil difilmkan, mereka juga terus berkarya hingga menghasilkan beberapa buku novel dan biografi. Berikut adalah karya-karya mereka:
* Misteri Kematian Gaby dan Lagunya Jauh (difilmkan)
* Surat Kecil untuk Tuhan (difilmkan)
* Biografi Denny Sumargo
* Ayah Mengapa Aku Berbeda? edisi: Moon (gabungan Moon&Venus difilmkan)
* Ayah Mengapa Aku Berbeda? edisi: Venus
* Kumpulan Cerpen Love n' Life Chocolatos
* Biografi Oei Hui Lan, Anak Orang Terkaya di Indonesia
* F.R.I.E.N.D.S
* My Last Love (difilmkan)
* My Blackberry Girlfriend (difilmkan)
* My Idiot Brother (akan difilmkan)
* Biografi Nina Wang: Perempuan Terkaya di Hongkong
* Bidadari Terakhir
Karena tak kuasa terus hidup dalam keadaan pas-pasan, sang Ibu kemudian memutuskan untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Taiwan. Agnes dan adiknya pun harus merelakan niat ibunya untuk merantau di Taiwan. Tiap bulannya, sang ibu selalu mengirimkan uang yang bisa digunakan oleh Agnes dan adiknya untuk kebutuhan sehari-hari. Agnes yang ketika itu putus kuliah, dan Teddy yang kala itu masih duduk di bangku SMA tak mau tinggal diam dan hanya menunggu uang dikirim oleh ibunya. Lantas, mereka mencoba mencari pekerjaan. Dan lewat dunia sastralah mereka menemukan jalan terangnya. Mereka mulai menulis novel dan menawarkan naskahnya kepada para penerbit guna mendapatkan penghasilan tambahan. Namun, begitu miris rasanya, tulisan mereka ditolak mentah-mentah oleh para penerbit. Tentu kegagalan ini membuahkan rasa kekecewaan yang mendalam bagi mereka berdua. Mereka berdua kemudian berinisiatif menuliskan cerita-cerita mereka di Friendster sebagai akun sejaring sosial yang sedang nge-trend kala itu pada tahun 2007.
Tulisan yang mereka masukkan ke akun Friendster ini diakui mereka merupakan pengalaman pribadi mereka dan pengalaman orang lain. Semakin waktu bergulir, cerpen yang mereka post di Friendster semakin banyak dengan diimbangi meledaknya jumlah pengujung Friendster mereka yang asyik menikmati cerita mereka. Titik meledaknya ketenaran Agnes Davonar (nama yang diusung mereka berdua) ini terjadi ketika mereka menuliskan novel online "Kisah Lirik Terakhir" yang diangkat dari sebuah lirik lagu, yang menceritakan Gaby si penulis lagu yang mati bunuh diri.
Nama Agnes pada Agnes Davonar tentunya diambil dari nama Agnes sendiri. Sedangkan nama Davonar, diambil dari inisial yang menggambarkan Teddy lewat orang terdekat Teddy. Cerita-cerita yang mereka post di Friendster ini pun telah berhasil merebut predikat pertama situs yang paling banyak dikunjungi dari sebuah web top100.com
Cerita yang menarik, lekat dengan kehidupan remaja, dan dikemas lewat bahasa yang santai dan mudah dimengerti menjadi ciri khas dari Agnes Davonar. Ketenaran dan popularitas semakin mereka raih ketika menerbitkan novel kedua mereka yang berjudul "Surat Kecil untuk Tuhan" yang diangkat dari kisah nyata seorang perempuan penderita kanker jaringan lunak pada tahun 2008. Novel kedua mereka itu berhasil menjadi novel best-seller di Indonesia, serta diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, serta dipasarkan dan laris pula di Taiwan.
Awalnya, mereka tak berniat membukukan kisah "Surat Kecil untuk Tuhan", namun melihat banyaknya antusias pembaca online di web site mereka, alhasil kisah itu dibuat dalam bentuk buku. Seperti halnya cerita online yang laris dibaca banyak orang, buku "Surat Kecil untuk Tuhan" ini akhirnya menjadi best-seller, apalagi ketika Agnes Davonar diundang dalam acara talk show di sebuah stasiun TV swasta, mereka menyebutkan bahwa mereka juga sempat menguras air mata saat menuliskan cerita haru yang inspiratif itu. Apalagi, mereka juga teringat akan sang ayah tercinta yang meninggal akibat penyakit ganas nan mematikan itu.
Tidak berhenti pada karya kedua mereka yang telah berhasil difilmkan, mereka juga terus berkarya hingga menghasilkan beberapa buku novel dan biografi. Berikut adalah karya-karya mereka:
* Misteri Kematian Gaby dan Lagunya Jauh (difilmkan)
* Surat Kecil untuk Tuhan (difilmkan)
* Biografi Denny Sumargo
* Ayah Mengapa Aku Berbeda? edisi: Moon (gabungan Moon&Venus difilmkan)
* Ayah Mengapa Aku Berbeda? edisi: Venus
* Kumpulan Cerpen Love n' Life Chocolatos
* Biografi Oei Hui Lan, Anak Orang Terkaya di Indonesia
* F.R.I.E.N.D.S
* My Last Love (difilmkan)
* My Blackberry Girlfriend (difilmkan)
* My Idiot Brother (akan difilmkan)
* Biografi Nina Wang: Perempuan Terkaya di Hongkong
* Bidadari Terakhir
5.KHALIL
GIBRAN ( SASTRAWAN MELEGENDA )
Kahlil Gibran
lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri
merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila
sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam
tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang
alam.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, “Spirits Rebellious” ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan’s Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 “Broken Wings” telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.
Pengaruh “Broken Wings” terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk
berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk
memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama
“Broken Wings” ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, “The Madman”, “His Parables and Poems”. Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam “The Madman”. Setelah “The Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah “Twenty Drawing”, 1919; “The Forerunne”, 1920; dan “Sang Nabi” pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya “Sang Nabi”, hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca “Sang Nabi”. Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, “The Madman”, “His Parables and Poems”. Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam “The Madman”. Setelah “The Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah “Twenty Drawing”, 1919; “The Forerunne”, 1920; dan “Sang Nabi” pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya “Sang Nabi”, hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca “Sang Nabi”. Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Salah satu buku karya
Kahlil Gibran
Gibran menyelesaikan “Sand and Foam” tahun 1926, dan
“Jesus the Son of Man” pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama
tulisannya, “Lazarus” pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran
menyelesaikan “The Earth Gods” pada tahun 1931. Karyanya yang lain “The
Wanderer”, yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada
tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain “The Garden of the
Propeth”.
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent’s Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, “Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku.”
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent’s Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, “Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku.”
Nama lahir
|
Sis Maryono Teguh
|
Lahir
|
|
Pekerjaan
|
|
Pasangan
|
Linna Teguh
|
Anak
|
Audrey Teguh
Marco Teguh |
Orang tua
|
|
Situs web
|
Mario Teguh yang nama aslinya
adalah Sis Maryono Teguh dilahirkan di Makasar pada tanggal 5 Maret 1956 dari
pasangan suami istri Gozali Teguh dan Siti Maria. Beliau mulai terkenal ketika
memandu acara di Metro TV yaitu Mario Teguh Golden Ways.
Mario Teguh memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari IKIP Malang.
Awalnya Mario Teguh adalah seorang profesional di Citibank dan sebagai Head of
Manager di BIMC, Zamre Ab. Wahab. kemudian ia mendirikan Bussiness Effectiveness Consultant, Exnal
Corp. menjabat sebagai CEO (Chief Executive Officer)
dan Senior Consultan. Beliau juga membentuk komunitas Mario Teguh Super Club (MTSC).
Setelah membawakan acara Mario Teguh Golden
Ways, namanya mulai dikenal masyarakat. Pembawaannya yang tenang, santun dan
selalu bertutur kata halus membuat banyak orang semakin terpesona padanya.
Wajar jika kehadirannya di televisi selalu ditunggu orang.
Awalnya orang mengira Mario Teguh seorang
non Muslim karena ia selalu memakai jas dan selalu menggunakan kata “Tuhan”
tetapi saat diwawancarai di televisi beliau mengatakan bahwa beliau adalah
seorang Muslim, dan itu semua adalah keunikan yang memang beliau ciptakan agar
orang lebih gampang mengingat beliau.
Pada tahun 2010, Harian Republika memberikan
penghargaan pada beliau sebagai salah satu dari 8 tokoh perubahan 2009.
Sebelum membawakan acara Mario Teguh Golden
Ways, beliau sempat membawakan acara bertajuk Business Art di O’Channel tetapi
acara ini kurang menuai sukses.
Saat ini Mario Teguh dianggap sebagai
Motivator dengan bayaran termahal di Indonesia. Pada tahun 2003 Mario Teguh
mengadakan seminar yang berhadiah mobil. Itu adalah seminar berhadiah mobil
pertama yang pernah ada di Indonesia. Karena itulah MURI menghadiahkan
penghargaan kepadanya sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di
Indonesia.
Pada tahun 2010 MURI juga menghadiahkan
penghargaan padanya sebagai motivator dengan jumlah friends di Facebook
terbanyak di Indonesia.
Pengalaman Bekerja
* BIMC sebagai Head
of Manager, Zamre Ab. Wahab
* Citibank Indonesia (1983–1986) sebagai Head of Sales
* BSB Bank (1986–1989) sebagai Manager Business Development
* Aspac Bank (1990–1994) sebagai Vice President Marketing
& Organization Development
* Exnal Corp Jakarta (1994–sekarang) sebagai CEO dan Senior
Consultant
* Spesialisasi: Business Effectiveness Consultant
Pendidikan Yang Pernah Ditempuh
Jurusan Arsitektur New Trier West High (setingkat SMA) di
Chicago, Amerika Serikat, 1975.
Jurusan Linguistik dan Pendidikan Bahasa Inggris, Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1)
Jurusan International Business, Sophia University, Tokyo,
Jepang.
Jurusan Operations Systems, Indiana University, Amerika
Serikat, 1983 (MBA).
Buku-Buku Yang Pernah Ditulisnya
- Becoming a Star (2006)
- One Million Second Chances (2006)
- Life Changer (2009)
- Leadership Golden Ways (2009)
Kata-Kata Bijak Mario Teguh
Yang kau sukai belum tentu baik bagimu.
Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, engkau sering gagal dan menua dalam kekecewaan, maka sebaiknya engkau belajar menyukai yang tak kau sukai.
Lalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif, agar engkau menjadi pribadi dengan kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai.
Sadarilah, Tuhan sering menggunakan yang tak kau sukai sebagai penuntun bagimu.
Engkau yang sedang dibakar oleh kemarahan, ingatlah …Rasa marah adalah rahmat untuk mentenagai ketegasan mengubah keadaan menjadi lebih baik, bukan untuk menghinakan diri dan merusak hubungan baik dengan sesama.
Engkau pribadi yang baik.
Gunakanlah rasa marahmu untuk menghebatkan diri dan kehidupanmu.
Sahabatku yang baik hatinya,Bukan keberuntungan yang menjadikanmu bijak, tapi kebijakanmulah yang menjadikanmu beruntung.
Engkau harus menerima kemungkinan datangnya kekecewaan, tetapi engkau harus lebih meyakini kepastian pemenuhan harapanmu.Harapan adalah kekuatan yang meringankan bebanmu, yang melapangkan perjalananmu, dan yang membuka pandanganmu jauh ke masa depan.
Harapan adalah jembatan yang menghubungkan antara satu doa dengan doa-doamu yang berikutnya.Bersabarlah dalam harapan baikmu.
Karena,
Harapan adalah tali kehidupan yang menghubungkanmu dengan Tuhan.
Wahai Wanita, Lupakanlah mencari pria yang terbaik, tetapi fokuslah pada dirimu tuk menjadi wanita Terbaik..Hormatilah dirimu, jika engkau ingin mendapatkan cinta yang menghormatimu.
Tidak perlu merasa takut kehilangan seseorang, karena masih ada banyak orang di sekililingmu yang takut kehilanganmu.
Cinta akan terasa indah jika saling menyayangi, saling percaya, dan saling setia
Pria sejati tidak akan selingkuh karena menghargai pasangannya-
Cinta itu tidak selalu menuntut kesempurnaan. Cinta itu ketika kita dapat menutupi kekurangan seseorang dalam kebersamaan.
Tuhan, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan itu awal kebahagiaan & sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram
Betapa pun sulitnya perjalananmu, selalu ingatlah Tuhan, agar keselamatanmu selalu terpelihara.
Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, engkau sering gagal dan menua dalam kekecewaan, maka sebaiknya engkau belajar menyukai yang tak kau sukai.
Lalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif, agar engkau menjadi pribadi dengan kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai.
Sadarilah, Tuhan sering menggunakan yang tak kau sukai sebagai penuntun bagimu.
Engkau yang sedang dibakar oleh kemarahan, ingatlah …Rasa marah adalah rahmat untuk mentenagai ketegasan mengubah keadaan menjadi lebih baik, bukan untuk menghinakan diri dan merusak hubungan baik dengan sesama.
Engkau pribadi yang baik.
Gunakanlah rasa marahmu untuk menghebatkan diri dan kehidupanmu.
Sahabatku yang baik hatinya,Bukan keberuntungan yang menjadikanmu bijak, tapi kebijakanmulah yang menjadikanmu beruntung.
Engkau harus menerima kemungkinan datangnya kekecewaan, tetapi engkau harus lebih meyakini kepastian pemenuhan harapanmu.Harapan adalah kekuatan yang meringankan bebanmu, yang melapangkan perjalananmu, dan yang membuka pandanganmu jauh ke masa depan.
Harapan adalah jembatan yang menghubungkan antara satu doa dengan doa-doamu yang berikutnya.Bersabarlah dalam harapan baikmu.
Karena,
Harapan adalah tali kehidupan yang menghubungkanmu dengan Tuhan.
Wahai Wanita, Lupakanlah mencari pria yang terbaik, tetapi fokuslah pada dirimu tuk menjadi wanita Terbaik..Hormatilah dirimu, jika engkau ingin mendapatkan cinta yang menghormatimu.
Tidak perlu merasa takut kehilangan seseorang, karena masih ada banyak orang di sekililingmu yang takut kehilanganmu.
Cinta akan terasa indah jika saling menyayangi, saling percaya, dan saling setia
Pria sejati tidak akan selingkuh karena menghargai pasangannya-
Cinta itu tidak selalu menuntut kesempurnaan. Cinta itu ketika kita dapat menutupi kekurangan seseorang dalam kebersamaan.
Tuhan, gantikanlah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikan kesedihan itu awal kebahagiaan & sirnakan rasa takut ini menjadi rasa tentram
Betapa pun sulitnya perjalananmu, selalu ingatlah Tuhan, agar keselamatanmu selalu terpelihara.
No comments:
Post a Comment